Struktur Video Explainer: Dari Hook hingga Call-to-Action

Struktur Video Explainer

Explainer video yang efektif memiliki struktur yang terdiri dari beberapa elemen penting yang bekerja seperti alur cerita:

  • Hook yang menarik perhatian dalam hitungan detik
  • Pengenalan masalah
  • Solusi yang ditawarkan
  • Call-to-action yang mendorong audiens untuk melakukan sesuatu (baik itu membeli, mendaftar, atau sekadar mencari tahu lebih lanjut)

Nah, jika kamu ingin menyampaikan pesan secara jelas dan menarik di tengah lautan konten digital, memahami struktur ini adalah kunci untuk menciptakan video yang menjual.

Bagaimana Cara Membuat Hook Menarik?

Hook yang efektif dimulai dari penulisan script yang efektif pula. Kamu perlu memahami para penonton tersebut: apa masalah yang mereka alami, apa yang mereka cari, dan gaya komunikasi seperti apa yang bisa langsung nyambung secara emosional.

Ingat, hook yang baik adalah yang bekerja seperti magnet; yaitu dapat menarik perhatian sejak detik pertama dan membuat penonton menonton videonya hingga akhir. Ini dia beberapa cara membuat hook yang kuat:

  • Tampilkan masalah yang familiar: Mulailah dengan situasi yang sering dialami audiens. Misalnya, “Capek harus bolak-balik kirim file lewat email?” Ini langsung mengaitkan dengan pengalaman nyata mereka.

Ini salah satu contoh dari Dewaweb. Di video explainernya, mereka menggambarkan sebuah situasi yang target audiens mereka bisa relate: seorang pebisnis online yang frustasi karena website-nya sering down saat trafik lagi tinggi.

  • Gunakan pertanyaan retoris: Seperti, “Selalu merasa waktu kerja habis cuma buat urusan administratif?” Pertanyaan seperti ini mengundang empati dan membuat penonton merasa dipahami.
  • Lempar fakta mengejutkan: Angka atau data yang menarik bisa jadi pemantik rasa ingin tahu, contohnya, “Tahukah kamu, 80% pelanggan online hanya butuh 10 detik untuk memutuskan lanjut beli atau skip aja?”
  • Gunakan storytelling cepat: Cerita mini berdurasi 15-30 detik bisa memberi konteks emosional yang kuat dan relatable, apalagi kalau dikemas dengan visual menarik.

Bagaimana Cara Menjabarkan Masalah?

Setelah penonton berhasil “terpancing” oleh hook, sekarang saatnya membangun koneksi dengan menunjukkan bahwa kamu benar-benar memahami rasa frustrasi mereka. Di sinilah video explainer berubah dari sekadar tontonan menjadi cerminan masalah yang audiens alami sehari-hari.

Kita cenderung lebih tertarik pada solusi jika kita merasa masalahnya benar-benar dipahami. Kalau masalah yang disampaikan terlalu umum atau bahkan terasa dibuat-buat, penonton bisa langsung kehilangan minat. 

Cara menyampaikan masalah dengan efektif untuk video explainer:

Fokus pada Satu Masalah Utama

Saat menjabarkan masalah dalam video explainer, godaan terbesar adalah ingin menunjukkan semua masalah sekaligus. Apalagi kalau produk itu punya banyak keunggulan. Tapi justru di sinilah kuncinya: fokuslah pada satu masalah utama yang benar-benar relevan dan terasa nyata bagi audiens.

Masalah yang disampaikan secara mendalam akan terasa lebih personal, dibandingkan daftar masalah yang hanya disinggung sepintas. 

Misalnya, alih-alih menyebutkan berbagai kendala dalam kerja jarak jauh, kamu bisa fokus pada satu hal yang lebih relatable:

Masih menggunakan contoh video Dewaweb sebelumnya, mereka memilih untuk fokus pada satu masalah inti: website yang sering down saat trafik tinggi. Catatan: Dewaweb adalah salah satu penyedia layanan cloud hosting.

Daripada menyebut semua tantangan teknis, mereka menggarisbawahi satu hal yang benar-benar bikin frustrasi, yaitu kehilangan pelanggan karena performa website yang nggak stabil.

Dengan hanya satu masalah utama, narasi jadi lebih fokus dan penonton lebih mudah “masuk” ke cerita. Karena video explainer biasanya berdurasi pendek, kamu tidak punya waktu untuk membahas semuanya. Jadi pilih satu, dan fokus kepada penjelasn singkat secara emosional maupun visual.

Gunakan Bahasa yang Emosional tapi Tetap Wajar

Jangan jatuh ke perangkap bahasa korporat yang terlalu teknis, formal, atau “dingin.” Audiens yang sekarang didominasi oleh milenial dan Gen Z, lebih merespons bahasa yang terasa natural, seperti percakapan sehari-hari. Tujuannya bukan untuk terlihat pintar, tapi untuk terasa dekat.

Contoh kalimat seperti di bawah ini dengan voice-over atau pengisi suara yang hangat dan relatable, seolah-olah sedang ngobrol, bukan mengajar.

Di video Dewaweb, pengisi suara menggunakan nada santai dan sedikit dramatis, dengan mengatakan, “Di malam yang tenang, ratusan orang mengunjungi websitemu untuk berbelanja, tiba-tiba websitemu tidak bisa diakses…..akhirnya ratusan pelanggan hilang begitu saja”

Kalimat ini terasa seperti curhatan teman, bukan narasi iklan dan itulah yang membuat penonton merasa lebih terhubung. Selain menyampaikan masalah secara jelas, kalimat seperti ini juga mengundang empati karena penonton mungkin mengalaminya sendiri. 

Tampilkan Visual yang Memperkuat Rasa “Frustasi” Itu

Video explainer punya peran besar untuk menyampaikan emosi. Saat menjelaskan masalah, pastikan visualnya menggambarkan ketegangan atau kekacauan yang terjadi.

Beberapa contoh visual yang efektif:

  • Layar komputer penuh notifikasi yang terus bermunculan
  • Tim yang saling menunggu balasan atau kebingungan saat meeting
  • Spreadsheet dengan data acak-acakan dan wajah-wajah frustasi
  • Jam yang berdetik cepat seolah waktu terus habis

Ini screenshot visual dari video explainer Dewaweb yang menunjukkan seorang pemilik bisnis menelepon penyedia hosting dengan wajah kesal dan nada tinggi karena websitenya tiba-tiba down saat banyak pengunjung masuk. Ekspresi frustasinya relatable, apalagi untuk orang-orang yang pernah ngalamin hal serupa.

Tampilkan Visual yang Memperkuat Rasa “Frustasi”

Visual ini akan membantu penonton merasakan masalah, bukan hanya mendengarnya. Semakin imersif, semakin kuat keterlibatan emosi yang tercipta.

Tutup Bagian Ini dengan Rasa “Menggantung”

Setelah menyampaikan masalah dengan jelas, baik lewat kata maupun visual, jangan langsung memberi jawaban. Biarkan ada sedikit rasa penasaran yang menggantung.

Contohnya, Dewaweb tutup penjabaran masalahnya dengan kalimat: “Andai saja ada malaikat dari langit yang mengabulkan permintaan…”

Dengan penutupan seperti ini, penonton akan bertanya dalam hati, “Terus, solusinya apa dong kalau malaikatnya tidak datang?” dan di situlah bagian selanjutnya (Solusi) akan masuk secara alami, tanpa terasa memaksa.

Bagaimana Cara Menawarkan Solusi di Video Explainer?

Bagian solusi adalah inti dari video explainer. Di sinilah kamu memperkenalkan produk, layanan, atau idemu sebagai jawaban atas keresahan yang barusan dibahas.

Setelah penonton merasa bahwa masalah mereka benar-benar dipahami, bagaimana produk yang kamu jual hadir sebagai penyelamat?

Tapi hati-hati. Bagian solusi bukan tempat untuk hard-selling atau menyebut semua fitur sekaligus. Fokuslah pada bagaimana solusi Anda bisa mengubah situasi si penonton menjadi lebih baik, secara jelas dan relatable.

Jelaskan apa solusinya secara ringkas dan jelas

Buka bagian ini dengan satu kalimat padat yang langsung menunjukkan “inilah jawabannya.” Misalnya: “Itulah kenapa kami membuat videos.ID. Solusi video animasi agar penjelasan yang berhalaman-halaman itu lebih ringkas dan mudah dipahami.”

Kalimat ini memberi konteks langsung dan tidak bertele-tele. Hindari jargon teknis atau deskripsi yang terlalu rumit. Tujuannya adalah agar solusi terasa ringan, mudah diakses, dan relevan dengan masalah sebelumnya.

Tunjukkan bagaimana solusinya bekerja di kehidupan nyata

Jangan hanya bilang produkmu hebat. Tunjukkanlah. Gunakan animasi dan visual yang menggambarkan perubahan konkret yang dialami pengguna setelah memakai solusi yang kamu tawarkan. 

Contoh:

  • Sebelum: Tim bingung, layar penuh notifikasi
  • Sesudah: Semua terorganisir di satu dashboard, tim kerja lebih santai dan produktif

Fokus pada manfaat, bukan fitur teknis

Misalnya, untuk sebuah project management atau platform digital lainnya, alih-alih menyebut: “Fitur real-time sync, integrasi API, dan UI modular.”

Lebih baik katakan: “Dengan satu klik, semua orang bisa lihat progres tim. Tanpa ribet buka-buka aplikasi lagi.”

Manfaat selalu lebih mudah dicerna dan lebih dekat dengan kebutuhan audiens dibanding istilah teknis yang mungkin tidak mereka pahami.

Gunakan visual yang memberi rasa lega karena masalah dapat terselesaikan

Kalau sebelumnya visual dipenuhi kekacauan dan ekspresi frustasi, sekarang tampilkan perubahan: suasana kerja lebih tenang, kolaborasi lancar, semua orang senyum. Perubahan ini bukan hanya estetika, tapi juga emosi.

Contohnya bisa dilihat di video explainer Dewaweb berikut ini:

visual yang memberi rasa lega karena masalah dapat terselesaikan

Di bagian akhir video dari Dewaweb, karakter utama digambarkan sedang terbang di atas awan bersama sosok “dewa” atau guardian cloud dengan ekspresi lega dan percaya diri.

Tampilan interface di sekeliling mereka menjadi rapi dan stabil. Artinya bahwa semua masalah teknis telah diatasi. Visual seperti ini berhasil menyampaikan rasa aman, nyaman, dan keyakinan bahwa solusi sudah ditemukan.

Buat dengan durasi singkat

Bagian solusi tidak perlu panjang lebar. Yang penting: audiens paham bahwa Anda punya jawaban yang relevan, mudah digunakan, dan terbukti bisa mengurangi stres mereka.

Bagaimana Cara Menjelaskan Cara Kerja Produk atau Layanan Anda?

Setelah audiens mengenal solusinya, kini saatnya menjelaskan cara kerjanya secara sederhana. Tujuan dari bagian ini adalah untuk menghilangkan keraguan, menjawab pertanyaan dalam benak penonton, dan menunjukkan bahwa produk atau layanan Anda memang praktis digunakan.

Tips menyampaikan bagian ini dengan efektif:

  • Gunakan langkah-langkah singkat atau simulasi penggunaan
    Misalnya, “Pertama, daftar. Kedua, hubungkan tim Anda. Ketiga, semua data dan jadwal otomatis tersinkronisasi.”
    Buat alurnya terasa mudah dan tidak membingungkan.
  • Gunakan visual step-by-step
    Infografik animasi, layar mockup, atau ilustrasi interaktif bisa membantu penonton membayangkan bagaimana mereka akan menggunakan produkmu.
  • Hindari penjelasan terlalu teknis
    Ingat, ini bukan demo produk detail. Fokuskan pada pengalaman pengguna, bukan pada fitur rumit di balik layar.
  • Buat penonton merasa, “Oh, segampang itu ya.”
    Jika bagian ini terlalu rumit atau membosankan, penonton tidak lagi tertarik karena merasa produkmu sulit digunakan.

Tambahkan juga testimoni singkat dari pengguna nyata supaya produkmu bisa dipercaya. Selain itu, gunakan logo perusahaan atau jumlah pengguna (jika relevan), seperto: “Dipercaya oleh lebih dari 5.000 tim di seluruh dunia.”

Dan jika ada, gunakan pencapaian atau penghargaan yang kamu peroleh, misalnya: “Pemenang Best Startup App 2025 versi XYZ Awards.”

Bagaimana Cara Menutup Video dengan Kesan yang Kuat?

Penutupan adalah momen terakhir yang seharusnya meninggalkan kesan, memperkuat pesan utama, dan mendorong audiens untuk mengingat brandmu.

Banyak video explainer yang terlalu cepat diakhiri dengan munculnya Call-to-Action, padahal justru di sinilah kesempatan untuk menciptakan penutup yang resonates, yaitu yang menginspirasi, menyentuh, atau bahkan membuat penonton tersenyum.

Misalnya, videos.ID sebagai sebuah perusahaan yang memproduksi animasi untuk video explainer, kira-kira penutupnya seperti ini:

“Komunikasi yang kuat nggak harus ribet. Bersama videos.ID, idemu bisa hidup lewat animasi yang tepat sasaran, fun, dan gampang dipahami.”

Sambil itu, kita tampilkan visual dari berbagai klien yang puas. Cuplikan dari beberapa animasi dengan tone yang ringan dan dinamis, logo brand-brand yang pernah dilayani, atau behind-the-scenes singkat dari proses kreatif tim videos.ID.

Lalu dilanjutkan dengan CTA sederhana seperti:

“Yuk, mulai bikin video explainer pertamamu bersama kami. Kunjungi videos.id sekarang!”

Logo videos.ID muncul dengan animasi halus, diiringi musik optimis yang perlahan fade out.

Yuk, Buat Video Explainer yang Lebih Efektif!

Baik itu untuk tujuan video iklan atau video edukasi, video explainer berakar pada struktur yang solid. Dengan alur yang tepat, kamu bisa mengubah pesan rumit menjadi cerita yang mudah dicerna dan tentunya lebih menarik. Yuk kita ingat kembali strukturnya:

  1. Hook: Menarik perhatian sejak detik pertama
  2. Masalah: Menjabarkan keresahan audiens dengan emosional
  3. Solusi: Memperkenalkan produk/layanan sebagai jalan keluar
  4. Cara Kerja: Menjelaskan bagaimana bisnismu bekerja secara sederhana
  5. Bukti Sosial: Membangun kepercayaan dan kredibilitas
  6. Call to Action: Mengarahkan penonton untuk mengambil langkah selanjutnya
  7. Penutup: Meninggalkan kesan dan memperkuat value bisnismu

Struktur ini bukan template kaku, tapi lebih kepada kerangka yang fleksibel, sehingga cerita Anda bisa mengalir dengan lebih kuat dan relevan.